Ini
tentang pengalamanku dengannya, dengan seseorang yang mementingkan segi
membangkitkan semangat dan solidaritas bangsa untuk mencapai apa yang
dicita-citakannya, apa yang sebenarnya kita cita-citakan bersama, yakni
kemerdekaan bagi bangsa kita. Dibalik itu, ia pun adalah seorang yang sangat
penuh romantika. Aku mengikutinya, melayaninya, mengemongnya, berusaha keras
menyenangkannya , meluluhkan keinginan-keinginannya,.
Namun,
pada suatu saat, setelah aku mengantarkannya sampai di gerbang apa yang jadi
cita-citanya, berpisahlah kami, karena aku berpegang pada sesuatu yang
berbenturan dengan keinginannya. Ia pun melanjutkan perjuangannya seperti yang
tetap aku doakan. Aku tidak pernah berhenti mendoakannya. (Inggit Ganarsih)
Mungkin banyak
masyarakat pada umumnya yang kurang mengenal nama Inggit Ganarsih, sosok
perempuan tangguh yang membersamai Soekarno dalam perjuangan untuk Kemerdekaan
Indonesia. Cerita cinta Inggit Ganarsih dan Soekarno telah diabadikan ke dalam novel “Kuantar ke
Gerbang” karya Ramadhan KH.
Cerita cinta Inggit
Ganarsih dan Soekarno berawal dari Soekarno menimba ilmu di ITB Bandung. Pada
saat itu Soekarno dititipkan oleh HOS Cokroaminoto yang juga bapak asuh
sekaligus mertua Soekarno dari istrinya yang bernama Utari. Soekarno dititipkan
kepada Hj. Sanusi yang juga suami Inggit Ganarsih untuk belajar di Bandung.
Singkat cerita,
Soekarno menceraikan Utari dan mengantarkannya ke mertuanya HOS Cokroaminoto di
Surabaya. Selisih Soekarno dengan Utari memang cukup jauh. Mereka tidak saling
mencintai. Setelah menikah sampai Utari diceraikan pun Soekarno belum pernah
menyentuhnya. Ya, mungkin karena hubungan mereka lebih cocok sebagai kakak
beradik. Ada cerita ketika Soekarno berdiskusi dengan teman-temannya entah
dibidang politik atau kuliah, Utari malah sibuk bermain gundu dengan
teman-temannya. Dari sini sudah terlihat perbedaan mereka berdua. Mereka
menikah karena dijodohkan oleh HOS Cokroaminoto ayah Utari yang juga bapak asuh
Soekarno.
Soekarno jatuh cinta
pada Inggit Ganarsih yang juga statusnya masih sebagai istri Hj. Sanusi. Hj.
Sanusi dan keluarganyalah yang menyediakan tempat untuk mondok Soekarno selama
beliau menuntut ilmu di Bandung. Karena memang Hj. Sanusi yang seorang saudagar
kaya dan jarang dirumah, dan sepertinya memang hubungan Hj. Sanusi dan Inggit
kurang baik, Soekarno memberanikan diri melamar Inggit kepada Hj. Sanusi.
Karena memang rumah tangga Hj. Sanusi dan Inggit tidak bisa dipertahankan lagi,
Hj. Sanusi menceraikan Inggit dan melamarkan Soekarno kepada Inggit. Setelah
selesei masa iddah Soekarno menikahi Inggit. Pesan Hj. Sanusi pada saat itu
kepada Inggit yaitu Inggit harus bisa mendampingi Soekarno sampai beliau
menjadi “orang”.
Dalam kesehariannya
Inggit yang usianya 13 tahun lebih tua dari Soekarno, ia mampu menjadi istri
yang sepadan bagi Soekarno. Bagi Soekarno, Inggit bukan hanya sekedar kekasih
dan istri namun juga kawan sekaligus ibu bagi Soekarno. Dengan kesederhanaannya
Inggit mampu menjadikan Soekarno menjadi pejuang yang tangguh. Inggitlah yang
menopang segala kebutuhan materi pada saat Soekarno masih sekolah dan merintis
karir politiknya. Inggitlah partner perjuangan Soekarno yang nyata, dengannya segala
ujian dilewati. Dari Soekarno dipenjara, diasingkan ke Ende dan Bengkulu Inggit
selalu bersamanya. Menemani dalam suka dan dukanya.
Meskipun pada akhirnya
mereka harus bercerai, karena Inggit tidak mau dimadu. Inggit lebih memilih
diceraikan daripada harus dimadu. Sebenarnya Soekarno tidak ingin menceraikan
Inggit karena Soekarno benar-benar mencintai dan menghargai pengorbanan
kesetiaan Inggit selama 20 tahun. Namun apa daya Soekarno ingin sekali memiliki
keturunan. Sesuatu yang tak bisa diberikan Inggit pada Soekarno. Akhir masa
pembuangan diBengkulu tahun 1942 Inggit resmi diceraikan Soekarno. Dan kemudian
Soekarno menikahi Fatmawati.
Sebelum memasuki
gerbang yang dicita-citakan yaitu Indonesia merdeka sosok Inggitlah yang
berjasa menempa Soekarno menjadi sosok yang sangat tangguh. Meskipun ia
dilupakan atau tidak dikenal tapi jasanya abadi dan memiliki kontribusi yang
sangat besar bagi bangsa ini. Inggit adalah perempuan yang selalu memberi tanpa
menerima.