Rabu, 15 Januari 2014

Madrasah Pertama dan Utama Adalah Keluarga

          
          “Jika ayah diibaratkan batang yang kokoh, ibu adalah akarnya, anak-anak adalah dahan,ranting dan daun... ilmu dan pengabdian yang luar biasa dari sang akar akan menutrisi seluruh bagian batang, dahan, ranting juga daunnya... kasih sayang dan cinta akan menumbuhkan bunga-bunga dan buah manis dari jalinan keluarga yang indah dan bahagia...”

Tulisan ini berawal dari realita yang terjadi dilapangan pada saat  saya bertugas PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di salah satu sekolah bonafit yang ada di Solo. Sekolah ini memang tergolong mewah selain bangunan dan fasilitasnya yang bagus, pembelajaran dan pendidikan karakter yang diberikan cukup bagus. Disekolah ini terdapat 10 kelas antara lain 1 kelas Tempat Pengasuhan Anak, 3 kelas Kelompok Bermain, 3 kelas TK A dan 3 kelas TK B. Kegiatan awal yang diberikan di TK tersebut antara lain ikrar dan tahfidz. Anak-anak disana dilatih untuk hidup mandiri dan dibekali pendidikan agama yang cukup baik. Nah, itu tadi sekilas tentang sekolah yang menjadi inspirasi saya untuk menulis.
            Disini saya menemukan banyak sekali peristiwa. Pertama,  beberapa anak yang sering menangis ketika dia masuk sekolah ketika saya tanya alasan kenapa dia menangis ternyata jawabannya singkat yaitu dia masih kangen sama ibunya. Nah, dari sini bisa dimaklumi ketika anak kangen sama ibunya karena mayoritas orangtua yang menyekolahkan anaknya disini adalah orang tua yang notabene mereka adalah seorang worker dan anak-anak disini sekolahnya fullday. Ya.. bisa dibayangkan ketika anak itu dijemput sekolah pukul 4 sore kemudian  melakukan aktivitas seperti biasa seperti mandi, makan, bermain sebentar kemudian tidur cepat karena terlalu lelah disekolahnya dan besok paginya bangun pagi pergi bersekolah dan begitu seterusnya. Bisa diamati kapan orangtua memberikan waktu yang berkualitas untuk anaknya. Karena kita juga tidak tahu aktivitas apa saja yang dilakukan orangtua ketika dirumah, bisa saja mereka sibuk menyeleseikan tugas rumah ataupun tugas kantor yang dibawa pulang.
            Kedua, orangtua yang menuntut guru untuk memberikan pendidikan yang lebih pada anak. Saya mengamatinya ketika orangtua menemui guru pada saat penjemputan, membaca buku dayli report (penghubung antara wali murid dan guru kelas) dan curhatan para guru mengenai anak didiknya. Jadi intinya orangtua meminta banyak tapi mereka sendiri seperti tidak tahu harus memberikan apa pada anaknya. Ketika ada kekurangan yang dituntut adalah gurunya.
            Padahal jika kita lihat kembali anak yang baru dilahirkan ke dunia itu dalam keadaan bersih seperti kertas putih. Dari kertas putih bersih tersebut terserah mau diwarnai seperti apa anak itu oleh orangtuanya. Kemudian lingkungan pertama yang punya peran lebih adalah lingkungan keluarga, disinilah anak dilahirkan, di rawat dan dibesarkan. Disinilah proses pendidikan berawal, orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena orang tua (ayah) adalah orang yang pertama kali melafazdkan adzan dan iqomah ditelinga anak di awal kelahirannya. Orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya. Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Orang tua, ibu khususnya karena seorang ibu yang biasanya punya banyak waktu bersama anak dirumah, bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, jika seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih suci saya yakin anak itu akan menjadi pribadi yang luar biasa seperti banyak pepatah yang mengatakan ‘‘dibalik orang hebat pasti ada perempuan yang luar biasa“.
Anak-anak adalah pembelajar sejati, entah disadari atau tidak oleh orang tua, gerak gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka. Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu seharusnya setiap orang tua harus mampu memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk membentuk pribadi yang sempurna.          

Kesimpulannya pendidikan adalah tanggung jawab bersama  terutama keluarga. Pendidikan tidak akan berhasil jika orangtua menyerahkan pendidikan anaknya hanya keguru saja. Ingatlah para calon orangtua madrasah yang utama dan pertama adalah keluarga, mendidik anak dengan baik sama saja mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kuantar Ke Gerbang (Ramadhan K.H.)

Ini tentang pengalamanku dengannya, dengan seseorang yang mementingkan segi membangkitkan semangat dan solidaritas bangsa untuk menca...